SUPERKONDUKTOR
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Superkonduktor
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di
bawah suatu nilai suhu tertentu. Suatau superkonduktor dapat saja berupa
konduktor, semikonduktor, atau suatu isolator pada keaadan ruang. Suhu yang
mengubah sifat konduktivitas menjadi superkonduktor disebut temperature krisis
(Tc). Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh fisikawan Belanda, Heike
Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leidenpada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli
1908 Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4 K atau
- 269. Kemudian pada 1911 Onnes mulai mempelajari sifa-sifat listrik dari
logam pada suhu yang sangat dingin. Pada waktu itu telah diketahui bahwa
hambatan suatu logam akan turun saat didinginkan di bawah suhu ruang. Akan
tetapi, belum ada yang dapat mengetahui bawah hambatan yang dicapai ketika
temperature logam mendekati 0 K atau nol mutlak.
Pada tahun 1934, Gorter
dan Casimir merumuskan suatu teori bedasarkan fenomena makro superkonduktor
yang cukup sederhana. Teori yang dikenal sebagai model dua fluida (two-fluid
model) tersebut mendasari lahirnya dua teori berdasarkan fenomena makro lain,
yaitu teori London (1935) dan teori Ginzburg-Landau (1950). Teori berdasarkan
fenomena mikro superkonduktor yang penting adalah teori BSC. Teori yang
dikemukakan oleh J. Barden, L. Cooper dan R. Schrieffer pada tahun 1957 ini
didasarkan atas adanya ikatan dua electron di dalam superkonduktor yang disebut
pasangan Cooper. Pasangan electron inilah yang dianggap bertanggungjawab terhadap
fenomena superkonduktivitas. Dengan menggunakan mekanika kuantum, teori ini
mampu menurunkan rumus suhu kritis Tc dan beberapa besaran lain.
Hasil kajian terhadap
teori London, teori Ginzburg-Landau dan teori BSC menunjukkan bahwa teori
London merupakan kasus khusus teori Ginzburg-Landau, sedangkan teori
Ginzburg-Landau merupakan kasus khusus teori BCS. Sayangnya teori BCS baru
berhasil diterapkan pada superkonduktor tipe I, namun masih belum sepenuhnya
berhasil diterapkan pada beberapa jenis superkonduktor tipe II.
2.2
Sifat-sifat Superkonduktor
a. Sifat Kelistrikan Superkonduktor
Sebelum menjelaskan
prinsip superkonduktor, akan lebih baik jika terlebih dahulu menjelaskan
bagaimana kerja logam konduktor pada umumnya. Bahan logam tersusun dari kisi-kisi
dan basis serta electron bebas. Ketika medan listrik diberikan pada bahan,
electron akan mendapat percepatan. Medan listrikakan menghamburkan electron ke
segala arah dan menumbuk atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya
hambatan listrik pada logam konduktor.
Keadaan Normal Atom Kisi pada Logam
Pada bahan
superkonduktor terjadi juga interaksi antara electron dengan inti atom. Namun
electron dapat melewati inti tanpa mengalami hambatan dari atom kisi. Efek ini
dapat dijelaskan oleh Teori BCS. Ketika electron melewati kisi, inti yang
bermuatan positif menarik electron yang bermuatan negative dan mengakibatkan
electron bergetar.
Keadaan Superkonduktor Atom Kisi pada Logam
Jika ada dua buah
electron yang melewati kisi, electron kedua akan mendekati electron pertama
karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih besar. Gaya ini melebihi gaya
tolak-menolak antar electron sehingga kedua electron bergerak berpasangan.
b. Sifat Kemagnetan Superkonduktor
Jika sebuah
superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan adamedan magnet
dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor menghasilkan medan
magnet dalam bahan yang berlawanan arah dengan medan magnet luar yang
diberikan. Efek yang sama dapat diamati jika medan magnet diberikan pada bahan
dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor. Pada suhu
kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek Meissner.
c. Sifat Quantum
Superkonduktor
Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan
melalui tulisan Bardeen, Cooper dan Schriefer pada tahun 1957. Teori ini
dinamakan teori BCS. Fungsi BCS menyusun pasangan partikel danini adalah bentuk
lain dari pasangan partikel yang mungkin dengan teori BCS. Teori BCS
menjelaskan bahwa:
1.
Interaksi
tarik menarik antara electron dapat menyebabkan keadaan dasar terpisah dengan
keadaan tereksitasi oleh energy gap.
2.
Interaksi
antara electron, electron dan kisi menyebabkan adanya energy gap yang diamati.
Mekanisme interaksi yang tidak langsung ini terjadi ketika satu electron
berinteraksi dengan kisi dan merusaknya. Elektron kedua memanfaatkan keuntungan
dari deformasi kisi. Kedua electron ini berinteraksi melalui deformasi kisi.
3.
London
Penetration Depth merupakan konsekuensi dari Teori BCS.
d. Efek Meissner
Ketika superkonduktor
ditempatkan di medan magnet luar yang lemah, medan magnet akan menembus
superkonduktor pada jarak yang sangat kecil dan dinamakan London Penetration
Depth. Pada bahan superkonduktor umumnya London Penetration Depth sekitar 100
nm. Setelah itu medan magnet bernilai nol. Peristiwa ini dinamakan Efek
Meissner dan merupakan karakteristik dari superkonduktor. Efek Meissner adalah
efek dimana superonduktor menghasilkan medan magnet.
London Penetration Depth
Efek Meissner ini sangat
kuat sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor.
Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya
terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan
sifat superkonduktivitasnya.
e. Suhu dan Medan Magnet Kritis
Suhu kritis adalah suhu
yang membatasi antar sifat konduktor dan superkonduktor. Jika suhu suatu bahan
dinaikan, maka getaran electron akan bertambah sehingga banyak Phonons yang
dipancarkan.Ketika mencapai suhu kritis tertentu, maka Phonons akan memecahkan
Cooper Pirs dan bahan kembali ke keadaan normal. Contoh grafik hambatan
terhadap suhu pada bahan YBa2Cu3O7 sebagai
berikut:
Medan magnet kritis
adalah batas kuatnya medan magnet sehingga bahan superkonduktor memiliki medan
magnet. Jika medan magnet yang diberikan pada bahan superkonduktor, maka bahan
superkonduktor tak akan mengalami efek meissner lagi.
2.3
Penerapan Superkonduktor
1. Kabel Listrik
Dengan menggunakan bahan
superkonduktor, maka energy listrik tidak akan mengalami disipasi karena
hambatan pada bahan superkonduktor bernilai nol (lebih tepatnya mendekati nol)
sehingga penggunaan listrik akan semakin efektif.
2. Kereta Maglev (Magnetic
Levitation)
Prinsip kerja dari
kereta Maglev adalah memanfaatkan gaya angkat magnetic pada relnya sehingga
terangkat sedikit ke atas, kemudian gaya dorong dihasilkan oleh motor induksi.
Kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 650 km/jam.
3. Di Bidang Komputer
Kemajuan teknologi dan
mikroprosesor dimotori oleh kemajuan miniaturisasi dan kecepatan pemrosesan.
Dalam satu chip komputer, yang besarnya tidak lebih dari ukuran lubang jarum,
terdapat jutaan kompenen aktif yang bila diuraikan lagi akan menjadi jutaan
switch yang biasanya dibuat dari bahan metal film ataupun emas.
4. Magneting Resonance
Imaging
Magneting Resonance Imaging digunakan dalam bidang
kedokteran. Penggunaan medan magnet dan gelombang radio lebih aman dibandingkan
X-ray.
5. Superconducting Quantum
Interference Device (SQUID)
Superconduting Quantum Interference Device (SQUID) dapat
mendeteksi medan magnet sangat kecil. Biasanya dipakai untuk mencari magnet
minyak dan mineral.
Comments
Post a Comment